Workshop Peningkatan Mutu Pelayanan Guru dan Tendik SMP
Negeri 25 Surabaya: Memaknai PDBK sebagai Kunci Sekolah Inklusif yang
Berkualitas
Pada tanggal 26 Juni 2025, Aula SMP Negeri 25 Surabaya dipenuhi oleh semangat dan antusiasme para pendidik. Para guru dan tenaga kependidikan (tendik) berkumpul dalam sebuah acara penting bertajuk “Workshop Peningkatan Mutu Pelayanan Guru dan Tendik melalui Pemahaman dan Pemaknaan PDBK.” Acara ini menjadi salah satu wujud nyata dari komitmen sekolah untuk memberikan pelayanan pendidikan yang inklusif dan berkualitas, sesuai dengan semangat Sekolah Ramah Anak dan Program Adiwiyata.
Workshop ini menghadirkan dua narasumber inspiratif:
Khofidotur Rofiah, M.Pd, Dosen Universitas Negeri Surabaya
(UNESA), yang dikenal aktif dalam bidang pendidikan inklusif dan pengembangan
profesi guru.
Drs. Husaini Effendi, Kepala SMPN 25 Surabaya, yang juga
menjadi motor penggerak perubahan di lingkungan sekolah.
Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 12.00 ini
bertujuan memperkuat pemahaman guru dan tendik tentang PDBK — Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus. Dalam praktik pendidikan inklusif, pemahaman yang tepat
tentang karakteristik PDBK menjadi fondasi utama dalam membangun strategi
pembelajaran yang adil, adaptif, dan menyenangkan bagi semua siswa.
Pendidikan Inklusif: Bukan Sekadar Tren, Tapi Sebuah
Kebutuhan
Dalam pembukaan acara, Drs. Husaini Effendi menyampaikan
bahwa pendidikan inklusif tidak boleh lagi dipandang sebagai opsi tambahan atau
alternatif. Sebaliknya, ini merupakan kebutuhan mendesak di tengah keberagaman
peserta didik saat ini.
Beliau juga menekankan bahwa keberhasilan pendidikan tidak
hanya diukur dari capaian akademik semata, tetapi juga dari seberapa besar
sekolah mampu menciptakan lingkungan yang aman, ramah, dan responsif terhadap
kebutuhan anak — termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
Pemahaman PDBK: Landasan untuk Pelayanan yang Lebih Baik
Sesi materi yang dibawakan oleh Ibu Khofidotur Rofiah,
M.Pd., memberikan wawasan mendalam tentang definisi, klasifikasi, dan
pendekatan pembelajaran untuk PDBK. Ia menguraikan bahwa PDBK mencakup
anak-anak dengan berbagai kondisi seperti hambatan penglihatan, pendengaran,
intelektual, perilaku, maupun perkembangan.
Namun yang terpenting, beliau menekankan bahwa guru tidak
harus menjadi “ahli” terapi, melainkan cukup memiliki pemahaman dasar, sikap
terbuka, dan strategi adaptif dalam proses pembelajaran.
Komitmen Bersama: Menuju Sekolah yang Ramah bagi Semua
Acara ini juga menjadi ajang penguatan nilai-nilai Sekolah
Ramah Anak, yang tidak hanya menjamin hak anak atas pendidikan, tetapi juga
memastikan mereka tumbuh dengan perasaan aman, dihargai, dan diterima.
Menjadi Guru yang Adaptif dan Empatik
Salah satu pesan utama yang mengemuka dari workshop ini
adalah pentingnya transformasi peran guru — dari sekadar penyampai materi
menjadi fasilitator pembelajaran yang empatik, terbuka, dan reflektif.
Guru masa kini dituntut untuk terus belajar dan
mengembangkan kapasitas diri, karena realitas kelas sudah sangat kompleks dan
dinamis. Anak-anak hadir dengan latar belakang yang beragam, dan sekolah harus
menjadi tempat di mana setiap anak merasa “pantas” berada, bukan “berjuang
untuk diterima.”
Melalui workshop ini, SMPN 25 Surabaya menunjukkan bahwa
peningkatan mutu pelayanan pendidikan bukan hanya soal pelatihan teknis, tetapi
tentang perubahan cara pandang terhadap peserta didik. Dan ini adalah langkah
penting dalam membentuk sistem pendidikan yang lebih manusiawi dan berkeadilan.
Workshop “Peningkatan Mutu Pelayanan Guru dan Tendik melalui
Pemahaman dan Pemaknaan PDBK” bukan hanya sekadar agenda pelatihan, tetapi
menjadi titik tolak perubahan paradigma pendidikan di SMP Negeri 25 Surabaya.
Dengan mengusung semangat kolaboratif dan keberpihakan pada setiap anak, sekolah ini terus bergerak menjadi pionir pendidikan inklusif yang bukan hanya responsif, tapi juga transformatif. Semoga semangat ini terus menyebar ke sekolah-sekolah lain dan menjadi inspirasi bagi pendidikan Indonesia yang lebih inklusif dan berkualitas.
Sertifikat bisa diunduh disini
No comments:
Post a Comment